watch_later

Jam Operasional : Senin - Jum’at 08.00 - 16.00 WITA

Semua Artikel

Artikel

Kades dari Lung Anai


 

 

Di pelosok Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, tersembunyi sebuah desa kecil yang tengah bersinar. Namanya Desa Budaya Lung Anai, dengan luas wilayah 185,42 hektare yang seluruhnya adalah pemukiman. Meski secara geografis tak begitu luas, namun dalam semangat dan potensi, desa ini sangatlah besar.

 

Mayoritas warganya berasal dari sub-suku Dayak Kenyah Lepoq Jalan, yang hidup sebagai petani dan pekebun. Namun di balik keheningan alam dan kesederhanaan hidup itu, Lung Anai menyimpan sebuah potensi besar: kakao. Tanaman ini telah tumbuh sejak lama, tapi baru belakangan mulai diolah menjadi sesuatu yang lebih bernilai—cokelat. Produk itu kini dikenal dengan nama “Coklat LA”, singkatan dari Lung Anai, sebuah produk olahan yang sedang dikembangkan bersama berbagai pihak—Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, PT. Multi Harapan Utama (MHU), Yayasan PEDE, serta dukungan penuh masyarakat dan pemerintah desa.

 

Ini adalah Gambaran sepintas tentang Lung anai dan potensinya. Namun yang ingin saya bahas adalah semangat Masyarakat yang dikomandoi oleh seorang kepala desa, dengan perawakan yang kecil, kulitnya putih dan terbilang gagah. Namanya Lukas Nay lahir 50 tahun silam. Tapi saya yakin bagi yang pertama kali bertemu dengannya, pasti mengira baru umur 30 tahunan. Energinya seolah tak habis, semangatnya meluap-luap. Dialah sosok yang memelopori mimpi besar: menjadikan coklat Lung Anai bersanding dengan coklat Swiss atau Belgia.

 

Aku pertama kali bertemu Pak Lukas saat kunjungan Menteri Desa dan PDT, Yandri Sutanto. Kala itu, aku sebagai Humas dari Dinas Provinsi datang untuk mengecek kesiapan desa menyambut kedatangan tamu penting. Lukas menyambutku dengan mata yang memerah karena kurang tidur dan kelelahan. Belakangan saya ketahui, malam sebelumnya ia sempat di-opname. Tapi pagi itu, ia berdiri tegap, tak menunjukkan sedikitpun rasa lelah.

 

Ketika helikopter mendarat di dekat rumah produksi cokelat, Pak Lukas menjelaskan dengan percaya diri tentang harapan dan rencana untuk desanya. Tak terlihat sedikitpun kegugupan. Ia benar-benar pemimpin yang tahu apa yang diperjuangkannya. Di hadapan Menteri, Lukas menjelaskan visi besar: Lung Anai akan dikenal sebagai desa cokelat dunia.

 

Pertemuan berikutnya terjadi pada Gelaran Teknologi Tepat Guna (TTG) XI di Penajam Paser Utara. Kali ini, Coklat LA ikut serta sebagai produk unggulan desa. Aku menyapanya dan memberi kode agar bersiap menyambut Wakil Gubernur. Di tengah keramaian pengunjung, Lukas kembali menunjukkan kharismanya. Ia menjelaskan dengan mantap bahwa cokelat itu benar-benar asli dari Lung Anai—dari tanam, biji, produksi hingga bungkus, dari tangan masyarakatnya sendiri.

 

Usai acara, mereka sempat berfoto bersama. Nah foto Bersama ini kemudian yang membuat saya gelagapan hingga beberapa hari kemudian, karena beliau mencari foto Bersama itu yang katanya tidak sempat diabadikan oleh rekannya. Setelah saya cek kamera, ternyata saya hanya sempat mengabadikan melalui video, dan tak satupun dari timku sempat mengabadikannya dengan baik karena ramainya pengunjung malam itu sampai berdesakan. Namun tenang saja, foto Bersama itu sudah saya kirimkan padanya seminggu kemudian, setelah mencapture video yang saya punya dan milik prokopim PPU di Instragramnya dengan sedikit polesan melalui sebuah aplikasi. Ia sangat berterima kasih

 

Di acara lokakarya selanjutnya, kami baru sempat bertukar nomor kontak. Di ponselku, ia menyimpan namanya sebagai "Lukas Lung Anai Kades DOUBLE T"—yang ternyata adalah inisial dari anaknya yang telah lebih dulu berpulang. Ada luka di balik senyum itu, dan dari luka itulah tampaknya kekuatan besar muncul.

 

Puncaknya, Coklat LA meraih Juara 1 Produk Unggulan Khas Desa pada ajang TTG XI. Saya menyaksikan langsung bagaimana produk dari tangan-tangan warga desa ini melaju ke panggung terhormat. Saya tidak ingin melewatkan satu detik pun—semua saya dokumentasikan, takut kehilangan momen seperti sebelumnya. Pak Lukas naik ke panggung dengan senyum lebar dan mata berbinar. Sebuah kemenangan kecil yang punya arti besar.

 

Dua hari setelahnya, kami masih berkomunikasi. saya menyampaikan undangan untuk mengikuti misi dagang antara Kalimantan Timur dengan Jawa Timur. Tanpa ragu, ia menyatakan kesiapannya. “Untuk Lung Anai,” katanya singkat tapi penuh makna.

 

Sebelum menulis kisah ini, saya membuka kembali proposal TTG yang pernah ia kirim. Di halaman terakhir, tertulis satu kalimat sederhana: "Si kecil, pengaruhnya besar." Dan sungguh, saya sepakat. (NN)

 

#Buletin