watch_later

Jam Operasional : Senin - Jum’at 08.00 - 16.00 WITA

Semua Artikel

Artikel

mendukung pengurangan emisi karbon, Warga Desa Tembudan dilatih membatik buah mangrove


 

Dalam upaya mengurangi emisi karbon dan mendukung keberlanjutan lingkungan, sebuah inisiatif digagas oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Kalimantan Timur melalui bidang UEM, SDA dan TTG, yakni pelatihan membatik dengan menggunakan pewarna kearifan lokal dari buah mangrove.

 

Selasa (4/6/2024), bertempat di Balai Pertemuan Umum Kampung Tembudan, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Berau yang dihadiri oleh 30 peserta dari berbagai latar belakang masyarakat. Acara ini merupakan bagian dari program yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

 

Plh Kepala Bidang UEM, SDA dan TTG Eka Kurniati menyampaikan bahwa DPM Pemdes dalam mendukung pengurangan emisi karbon dan mengurangi degradasi hutan, maka digagas sebuah pelatihan mata pencaharian alternatif masyarakat desa penyangga hutan salah satunya adalah Pelatihan Batik  Pewarna Buah Mangrove.

 

Menurut Eka demikian sapaan akrabnya, membatik dipilih sebagai kegiatan pelatihan karena memiliki potensi untuk mengurangi karbon.  Batik Pewarnaan Alam adalah teknik pembuatan batik yang memanfaatkan bahan-bahan alami sebagai pewarna, seperti tumbuhan, buah-buahan, dan bahkan kulit kayu. Proses ini menghasilkan warna-warna yang  lembut, natural, dan unik, serta memberikan sentuhan etnik yang  khas pada setiap kain batik. Dibandingkan dengan pewarnaan sintetis, Batik Pewarnaan Alam lebih ramah lingkungan dan memiliki daya tarik yang kuat bagi pecinta fashion dan seni yang menghargai kearifan lokal.

 

"Proses membatiknya menggunakan bahan alami jauh dari bahan kimia karena menggunakan buah mangrove. Jadi secara tidak langsung melatih masyarakat untuk mengurangi ketergantungan pada bahan kimia yang berkontribusi pada peningkatan emisi karbon." Kata Eka

 

Pelatihan tersebut juga menggali potensi desa untuk menjaga kelestarian alam, dengan maksud mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah.

 

“Kerajinan batik pewarna ini sangat bagus, tetapi masih ada beberapa kendala terutama pada segmen pemasaran, karena harga batik pewarna alami berbeda dengan batik bukan pewarna alami, hal ini dikarenakan proses pembuatan batik ini panjang. Saat ini pemasaran dengan cara mengikuti expo dan menawarkan ke Instansi Pemerintah”, tambah Eka.

 

Meski pemasaran batik tradisional ini masih rendah, namun DPM Pemdes masih yakin dapat memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat. Pelatihan seperti ini tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat secara ekonomi. Sehingga dapat mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yaitu Desa Tanggap Perubahan Iklim.

 

#Berita